Membaca Kembali Sastra Hindia Belanda
Selain dalam arsip, foto, surat, atau catatan perjalanan, sejarah panjang kolonialisme Belanda di Indonesia juga terekam dalam fiksi, termasuk sastra Hindia Belanda. Sastra Hindia Belanda sederhananya adalah karya sastra berbahasa Belanda tentang Hindia Belanda. Seperti apa penggambaran masyarakat kolonial di dalamnya? Bagaimana analisis poskolonial diterapkan terhadap karya sastra Hindia Belanda? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibahas menyeluruh dalam buku ini.
Buku Cermin Poskolonial: Membaca Kembali Sastra Hindia Belanda ini mempelajari sejarah penjajahan Belanda di Indonesia melalui sastra, dan merupakan versi pendek dari buku berbahasa Belanda De postkoloniale spiegel: De Nederlands-Indische letteren herlezen (2021) yang disunting oleh Rick Honings, Coen van ’t Veer, dan Jacqueline Bel dan diterjemahkan oleh Rhomayda A. Aimah. Dalam bunga rampai ini, para peneliti mengkaji fiksi Hindia Belanda mulai tahun 1860 hingga 2019, melalui pendekatan-pendekatan poskolonial yang antara lain menyoroti representasi penduduk lokal dan ketimpangan relasi kuasa masyarakat kolonial yang ditemukan dalam teks.
Dari sudut pandang yang mengkritik hegemoni narasi kolonial, buku ini membaca kembali tidak hanya karya sastra penulis-penulis ‘kanon’ Belanda seperti Multatuli dan Louis Couperus; namun juga penulis Indo-Eropa, seperti Victor Ido dan Dido Michielsen; serta penulis Indonesia, Soewarsih Djojopoespito, dan Arti Purbani, yang karya-karyanya masih belum banyak dikaji. Cermin Poskolonial menawarkan sebuah model pembacaan kritis, retrospektif, dan reflektif terhadap sastra untuk mempelajari masa lalu dan menyajikan cerita-cerita dengan tokoh, latar, dan tema yang beragam.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2024 | Editor: Rick Honings, Coen van ’t Veer & Jacqueline Bel | Vertaling: Rhomayda Alfa Aimah
Laat een reactie achter